Bila  anda pernah mendengar berita atau melihat sendiri tentang sebuah tempat  penting di negeri ini yaitu Bandara Soekarno Hatta, yang mana bandara  ini adalah salah satu bandara terbesar dan satu satunya bandara yang  setiap hari menerima kedatangan penumpang yang tidak hanya dari dalam  negeri tapi bahkan penumpang dari luar negeri.
Jika  para penumpang dari luar negeri, utamanya para wisatawan atau para  pejabat pemerintahan yang bertugas di suatu negara, mereka akan melewati  sebuah terminal kedatangan yaitu terminal 2.
Dan,  inilah para penumpang yang lebih diutamakan oleh pemerintah, bahkan  mereka mendapat sebutan istimewa yaitu Pahlawan Devisa, mereka bila  pulang ke tanah air dan mendarat di Bandara Soekarno Hatta akan melewati  sebuah terminal khusus untuk TKW dan TKI, yaitu terminal 3.
Bahkan,  Pengkhususan ini sudah sejak lama berlaku, bahkan dikhususkan nya para  TKW melewati terminal 3 ini menjadi suatu realita yang sangat banyak  kisah kisah yang terjadi didalamnya.
Terminal  3 menjadi momok menakutkan bagi para buruh yang baru datang dari  bekerja diluar negeri. Bahkan di terminal 3 ini banyak terjadi kejadian  yang memiriskan. Sering para penumpang dimintai uang, dibentak-bentak,  dimintai barang yang mereka bawa, bahkan para petugas di terminal 3  bertindak semena-mena kepada para buruh yang baru berdatangan ini.
Miris...
Nelongso...
Setelah  pemerintahan berganti para punggawanya, tak urung menteri tenaga kerja  yang membidangi tentang para  buruh ini pun berganti pula. Dan  digantinya menteri tenaga kerja yang baru pun diberlakukan berbagai  perubahan disegala sudut.
Tentang  nasib terminal 3 pun menjadi sorotan utama oleh Menakertrans. Semenjak  mendapat masukan dari berbagai pihak maka terminal kedatangan untuk para  buruh khususnya buruh dari Hong Kong dan Taiwan mulai tahun ini  diberlakukan lain. Bukan melewati terminal 3 tapi melewati terminal 2  seperti kebanyakan penumpang yang non buruh.
Tapi,  apakah cukup sampai disitu masalahnya? Tentu setelah beberapa perubahan  yang terjadi ini nyatanya kejadian serupa di terminal 3 pun terjadi di  terminal 2. 
Dan,  mengapa hanya khusus buruh dari Hong Kong dan Taiwan saja yang melewati  terminal 2? Kenapa dengan buruh buruh dari negara lain tidak melewati  terminal 2 juga? Membaca pertanyaan serupa dikoran, pak menteri bilang  karena para buruh dari Hong Kong dan Taiwan sudah benar benar siap... 
Saya tersenyum membaca jawaban yang dilontarkan oleh pak menteri tersebut. Lagi lagi miris...
Mengapa dengan kedatangan para buruh saja juga musti dibedakan? 
Tak  ayal, hal ini menjadi pernyataan pro dan kontra oleh beberapa pihak.  Banyak organisasi buruh di Hong Kong yang mengecam akan perubahan ini.
Jika semestinya perubahan yang terjadi menjadi lebih baik, ini justru menjadi semakin buruk...
Dimana janji janji yang bapak menteri terhormat anda utarakan beberapa waktu lalu??
Segala  perubahan yang ada diharapkan akan melindungi para buruh yang sudah  memeras keringat di negeri sebrang, jika devisa yang dihasilkan para  buruh ini melampaui devisa non migas, dimana peran pemerintah terhadap  para buruh ini?
Dan  apa layak jika mereka mendapat julukan Pahlawan Devisa yang mana  perlindungan hukum pun tidak ada? Lebih baik julukan itu diabaikan saja.
Kami  berharap, perubahan dari terminal kedatangan 3 ke terminal kedatangan 2  menjadi sebuah berita gembira oleh para buruh migran. Tentunya  perubahan tersebut juga meliputi segala sistim yang ada mulai dari  pembenahan berbagai hal, mengolah SDM terutama para petugas yang benar  benar melayani sepenuh hati dan benar benar menjalankan tugas mereka.  Tak ada embel-embel materi atau apapun... 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar